Saturday, January 17, 2009

“Selamat Jalan Joy……”

"San, Joy koma di RS. H. Darjad," kata Santi lirih disela-sela isak tangisnya, 4 th yang lalu. Aku kaget setengah mati waktu itu. "kenapa santi ?". "Joy keracunan karena makan udang di Balikpapan kemarin," jelasnya. Peristiwa itu masih kuingat sampai sekarang. Joy (alm) adalah salah satu teman baikku waktu masih kuliah di Pertanian dulu. Orangnya baik, ramah, supel, dan suka tertawa. Badannya agak gemukan dan sehat. Sedih juga hati ini saat mengenangnya pada detik-detik terakhir kepergiannya.

Waktu itu hari Senin, aku datang menjenguknya. Joy terbaring di ruang UGD dengan segala macam alat kedokteran yang dipasang di tubuhnya. Selang oksigen, jarum- jarum infuse ditangan, dll.,menandakan bahwa masih ada harapan untuk sembuh. Alat pendeteksi jantung menunjukan keadaan normal, dan nafas Joy yang berat masih terdengar waktu itu. Santi, istri Joy menunggu suaminya dengan setia disampingnya.

Ia bercerita kondisi suaminya masih baik selama perjalanan pulang menuju Samarinda selama 2 jam. Tapi begitu memasuki jembatan Mahakam, tiba-tiba keadaannya drop dan mengalami sesak nafas akut. Akhirnya tujuan pulang ke rumah dibatalkan dan langsung menuju rumah sakit guna mendapat penangangan cepat dari dokter. Kondisi bertambah parah, kata dokter Joy harus cepat dibedah kecil di bagian leher untuk membuat lubang nafas alternatip, karena racun sudah menyerang ke otak. Persetujuan tandatangan pun langsung dilakukan Santi. Tidak berapa lama setelah suntik pembiusan, Joy yang masih sadar mengeluh kepalanya sakit pada istrinya. Dalam hitungan detik ia mengalami kejang-kejang dan membiru, akhirnya berlanjut koma saat itu juga. Aku memeluk Santi untuk menguatkannya ketika ia mengakhiri ceritanya dengan sedih dan air mata yang mengalir di pipinya. Tak sadar akupun ikut menangis dan merasa trenyuh melihat keadaanya dan suaminya. "Sabar ya Santi, kamu harus kuat, berdoa" kata ku membisikan kata-kata itu di telinganya.

Sampai hari keenam tidak ada tanda-tanda membaik dari Joy. Pas hari Jumat, aku dan teman-teman kuliah dulu janjian untuk kembali menjenguk Joy. Waktu itu sudah sore sekitar jam 16.00 kami ketemu di RS. Kami dilarang masuk ruangan waktu itu, juga tamu lain. Kami hanya boleh melihat dari balik pintu kamarnya yang terbuat dari kaca. Saat dalam kebingungan, ada penjelasan dari keluarga dekat Santi yang mengatakan Joy dalam kondisi kritis. Detak jantung turun drastis dan kondisi semakin melemah. Memang kami hanya bisa melihat alat pendeteksi denyut jantung (entah apa namanya) menunjukan angka yang naik turun.

Samar-samar terdengar pengajian yang dilakukan dari dalam kamar. Keadaan semakin kalut dan cemas saat itu. Kondisi Joy yang naik turun memakan waktu 1 jam lebih….sampai akhirnya angka menunjukan 25-30 dialat pendeteksi jantung, padahal tadinya kalau normal sekitar 130. Setelah setengah jam, kira-kira jam 18.20 kemudian, angka semakin turun…turun…dan akhirnya 0 (nol). Semua tamu yang ada termasuk kami menangis. "Selamat jalan Joy…semoga Allah menerima dan mengampuni dosa-dosamu," kataku lirih. Kami akan selalu mengenangmu sebagai teman terbaik dan semua kebersamaan yang pernah dilakukan bersama dengan teman-teman lain (Aswin, Yusi, Ucok, Mashul, Jimmy, Ami, Yacobi, ..dll) saat di kampus dulu……

2 comments:

  1. San, u make me remember with this story when we still together, I hope our freind Joy can be happy at his new place. Thanks to u that make me remember again our sweet time with all of our freind. Bravo Faperta UNMUL

    ReplyDelete
  2. Bravo Faperta....bravo genk CN...remember our genk? he..he...

    ReplyDelete